Bagaimana Membangun Relasi Yang Sehat dan Setara

"Aku juga mau dong punya relasi yang sehat dan setara?" "Tapi aku bucin banget." Sama tau! Aku juga sekarang akhirnya tau rasanya jadi bucin, hahaha, dan itu gapapa, selama bucinnya rasional, dan gak didasarkan pada perasaan belaka. Kan kita manusia, punya akal sehat, punya hati nurani, gunakan dengan seimbang dong, jangan jadi anjing. "Jadi gimana?" "Apa sih kuncinya?" Nomor satu ya jelas setara, mampu bersikap adil terhadap satu sama lain. Ukuran keadilan apa? Kalian dong yang tentukan. Setara itu gimana? Simplenya gak ada yang lebih superior aja. Komunikasinya dijaga, gak harus selalu bicara baik-baik ya, maksudnya segala hal masih bisa dibicarakan, masing-masing pihak punya hak yang sama dalam berpendapat, sesimple jika satu bicara, ya satunya mendengarkan. Lalu gantian. Tanpa ada kekerasan dan sikap (saling) mengancam. Kenapa saling? Karena ancaman ini biasanya menular ya. Senjata andalan satu sama lain agar tidak berbuat kesalahan, atau misal pada akhirnya meninggalkan. Saling menghargai dan saling menghormati. Ini sulit ya? Apalagi manusia punya ego. Upayakan meredam ego kita saat merasa yang paling perlu dihargai dan paling berhak dihormati atas seluruh yang telah dilakukan, atas pengorbanan, dll padahal kan ya masing-masing punya perjuangan dan kerja keras yang dilakukan dalam diam-diamnya.

Sikap saling jujur, saling terbuka, dan saling membutuhkan. Kalau sudah bohong, mau apa lagi? Kalau semua serba ditutupi, mau apa lagi? Kalau dibutuhkan lagi, ya sudah. Saling percaya dan mendukung. Percaya dulu aja, tanamkan ke hati masing-masing. Setelah itu barulah saling dukung satu sama lain- dengan cara dan bahasa cinta yang dipahami bersama. Aman secara seksual; masing-masing sehat dan tidak menularkan penyakit atau infeksi, berhubungan seks dilakukan karena kesepakatan bersama, dan jika ingin punya anak maka HARUSLAH direncanakan dengan matang. Berbagi tanggung jawab yang setara jika tinggal bersama, INGAT kalian sama-sama bertanggung jawab untuk mengasuh anak, berdua loh ya, setara. Sila bermitra atau mandiri dalam hal ekonomi, dan kalau soal ini tergantung situasi dan kondisi kalian ya, bersama saja dan saling menyesuaikan saja. Relasi yang sehat dan setara itu semua serba dibicarakan dan dikompromikan, untuk disepakati bersama. Karena kan kalian tumbuhnya berdua, maka saling menyirami satu sama lain, membebaskan satu sama lain, saling dukung, saling jaga, saling cinta.

 

“Manusia itu makhluk yang perasa dan pemikir, karena itu segala hal mesti disederhanakan, termasuk dalam hal cinta”

 

Berikut 10 hal yang perlu diingat. Sebagai koreksi diri apakah kita sudah mencintai pasangan kita dengan cara-cara berikut ini.

1.      Mendengarkan tanpa menginterupsi pasangan.

2.      Bicara tanpa menuduh pasangan.

3.      Memberi tanpa mengharap balasan.

4.      Menjawab tanpa mendebat.

5.      Berbagi tanpa kepura-puraan.

6.      Percaya tanpa kebimbangan.

7.      Memaafkan tanpa menghukum.

Laki-laki harus begini, perempuan harus begitu. Halah, heteropatriarki berisik! HAHAHA. Lagian hari gini masih aja kejebak dalam era lama, era corona dong! Eh, Jangan lupa cuci tangan sebelum yang-yang-an! Hihihi.

Jadi, yang berikut ini adalah tentang satu sama lain ya, prinsip ketersalingan, semua bisa lakukan, apapun gendermu dan apapun orientasi seksualmu! Jadi, relasi seperti apa yang semestinya dibangun bersama? Relasi yang penuh kebaikan. Kalian berdua saling berbaik hati dan saling mencintai dengan tulus, bagaimana menjadi baik dan tulus? Sederhananya, berbaik hatilah membebaskan pasanganmu untuk tetap menjadi dirinya sendiri, kan katanya cintamu tulus, yaudah- terima. Relasi yang didasarkan pada prinsip kesetaraan, bagaimana caranya? Sederhananya, jangan menganggap dirimu lebih superior dari dia. Kamu dan pasanganmu adalah manusia yang setara, sama-sama memiliki kewajiban dan hak yang sama. Mulai dari sini, bicarakan dan sepakati hak-hak dan kewajiban masing-masing apa ya.

Relasi yang penuh kehangatan dan kasih sayang, tapi mesti yang dilakukan secara spontan ya, bukan justru keterpaksaan atau kepura-puraan apalagi karena rutinitas dan formalitas belaka. Bangun moment-moment romantis itu, tapi bukan soal romantis dengan adanya bunga setiap hari, atau pesan yang terus-menerus misal "Sayang, sudah makan belum?" Apapun itu yang namanya romantisme, kalau keseringan ya bakalan jadi hambar. Makanya sesekali saja, tapi manis dan berkesan. Menikmati waktu bersama sangat penting, tapi sesekali saja, selebihnya milikilah waktu dan ruang untuk diri sendiri. Bentuklah "ruang bersama" dan "ruang sendiri" dengan kesepakatan kalian berdua. Percaya deh, relasi yang sehat bukan yang 24 jam tidak pernah lepas, karena kebosanan pasti akan muncul. “Namanya juga manusia”. Nah! Saat bosan, ada saja hal kecil yang bisa menjadi masalah. Karenanya, antisipasi, beri ruang sendiri. Perjalanan hidup sebagai manusia tidak berhenti HANYA SAAT setelah memiliki pasangan loh ya! Tetaplah menjadi kamu yang biasanya dengan kehidupanmu biasanya. Hargai waktu saat sedang bersamanya, tapi, hargai juga waktu saat kamu sedang "me time".

Sepakati apa metode yang tepat untuk menyelesaikan konflik, karena masalah pasti akan selalu muncul dalam perjalanan cinta kalian kan? Nih, misalnya salah satu dari kalian sedang marah, maka berikanlah jarak dan waktu dulu agar dia bisa sendiri dan menenangkan diri. Jangan paksakan bersama atau diobrolin saat pasanganmu sedang emosi, karena pasti bakalan jadi lebih ribet lagi, ingat juga: jangan pernah ambil keputusan saat sedang marah! Percaya pada cinta satu sama lain. Kepercayaan merupakan hal paling penting dalam menjalani relasi. Saat kamu mulai meragukan cinta yang diberi pasanganmu, perlahan akan muncul prasangka buruk, curiga, posesif bahkan mengontrol pasangan. Nah, soal kepercayaan ini jangan disalahgunakan ya. Jaga diri dan saling jaga kepercayaan satu sama lain.

Obrolin, dengerin, kompromiin, ngertiin, terima, belajar, adaptasi. Komunikasi mesti dua arah juga ya? pendapatnya, lalu coba pahami bersama-sama, kompromiin kalau ada beberapa hal yang sulit dipahami oleh masing-masing pihak, upayakan dan coba terima satu sama lain atas pendapat masing-masing, meskipun berbeda, meskipun sulit, belajar memahami orang lain ya memang sulit, karenanya belajarlah, bukan justru memaksakan kehendakmu sendiri. Kerjasama itu tidak sulit kok, asal mau dilatih! Jadi, itu saja poin yang bisa kujelaskan soal relasi yang sehat dan setara. Bahkan bisa diterapkan bukan hanya buat pasangan tapi keluarga, anak, teman, rekan kerja, siapapun juga. Nah kalau untuk pasangan: dimulai dari dasarnya dulu saja yaitu kalian yang teredukasi dengan baik tentang semua hal ini.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentangku

KENAPA DIA BISA SUKA?

Sedikit Nasehatku Untuk Kamu Yang Gagal Move-On